Oleh Mursyid
Proses pembelajaran adalah
rangkaian dari proses interaksi antara guru dan siswa kegiatan belajar dan
mengajar. Ada banyak hal yang terjadi sebagai bagian dari fenomena pembelajaran
di dalam kelas. Setiap hal yang terjadi di dalamnya dapat diamati dan menjadi
catatan menarik untuk perbaikan kualitas dimasa yang akan datang. Salah satu hal
yang layak mendapat perhatian adalah bagaimana siswa dapat dihargai sebagai
individu seutuhnya.
Penghargaan pada siswa dilihat
oleh kebanyakan orang dari hasil belajar mereka pada penilaian sumatif yang
tertulis di rapor. Hasil belajar siswa dalam bentuk rapor tersebut berisi
tentang sekumpulan nilai mata pelajaran yang berbeda-beda. Untuk setiap mata
pelajaran terdapat nilai pengetahuan dan nilai keterampilan. Kemudian setiap
siswa diberi penilaian sikap spritual dan sikap sosial sebagai refleksi akan
keseharian mereka.
Berdasarkan uraian tersebut,
penilaian pada rapor memang sering kali dianggap mewakili prestasi kecerdasan
siswa. Padahal sesungguhnya apa yang terdapat pada lembar kertas tersebut masih
belum mewakili semua kecerdasan yang ada pada setiap diri siswa sebagai
individu. Setiap pengajar sering dihadapkan pada siswa yang berbeda
karakteristik, berbeda gaya belajar, sampai berbeda persepsi akan mata
pelajaran yang sedang dipelajari. Maka untuk bisa menangani siswa yang
berbeda-beda tersebut perlu ada pemahaman yang mendalam terhadap mereka. Salah
satu yang perlu dipelajari adalah multiple
intelligences atau kecerdasan jamak.
Menurut Gardner, kecerdasan
merupakan kemampuan untuk memahami informasi yang membentuk pengetahuan dan
kesadaran. Sedangkan kecerdasan menurut para ahli adalah kemampuan untuk
memecahkan masalah, beradaptasi dengan lingkungan baru dan kemampuan belajar
serta menerapkan bidang yang baru. Secara singkat, kecerdasan berarti kemampuan
personal seseorang dalam menangani dan memahami sesuatu. Kecerdasan oleh
kebanyakan orang sering diidentikan dengan intelektual. Padahal kecerdasaan itu
terdapat beberapa kategori seperti kecerdasan spiritual, kecerdasan emosional,
dan kecerdasan lainnya. Seorang ahli psikologi perkembangan yang juga seorang
ahli saraf, Howard Gardner (1999) dalam buku Munif Chatib (2012) dijelaskan
tentang berbagai bentuk kecerdasan. Menurutnya otak manusia memiliki sembilan
jenis kecerdasan yaitu kecerdasan linguistik, kecerdasan logis-matematis,
kecerdasan spasial-visual, kecerdasan kinestetis, kecerdasan musik, kecerdasan
interpersonal, kecerdasan intrapresonal, kecerdasan naturalis, dan kecerdasan
eksistensialis.
1. Kecerdasan Linguistik
Kecerdasan ini adalah kemampuan
berfikir dalam bentuk berkata-kata. Individu dengan kecerdasan linguistik akan
memiliki kecenderungan pada membaca dan menghafal. Strategi yang bisa dipakai
untuk mengajar siswa dengan kecerdasan ini misalnya dengan memberi kesempatan
agar siswa banyak membaca dan menulis informasi, serta melakukan wawancara,
bercerita.
2. Kecerdasan Logis-Matematis
Kecerdasan pada individu yang
memiliki kemampuan berfikir dengan simbol bilangan, mampu berfikir dengan
logis, pemecahan masalah dan pola-pola numerik. Strategi untuk siswa dengan
kecerdasan ini dapat dibantu dengan memberikan grafik, diagram, pembuatan
tabel, termasuk menganalisis data. Maka dalam pembelajaran mereka perlu
melibatan angka atau berbagai ukuran yang jelas jika menggambarkan suatu kasus
masalah.
3. Kecerdasan Spasial-Visual
Individu yang memiliki kecerdasan
spasial akan sanggup untuk menggambarkan sesuatu yang tampak. Mereka akan mampu
menvisualisasikan suatu objek dan penggambaran akan suatu masalah. Siswa dengan
kecerdasan ini dapat diberi strategi belajar dengan diberi berbagai gambar,
penggunaan media belajar dengan berbagai warna, simbol, tulisan, dan bentuk.
Siswa dengan kemampuan spasial-visual akan cocok jika belajar bersama gambar
dan foto yang nyata termasuk gambar ilustrasi dalam penggambaran masalah.
4. Kecerdasan Kinestetis
Kecerdasan dalam bentuk kemampuan
gerak, praktek, kemampuan fisik. Individu dengan kecerdasan jenis ini akan
mampu memahami suatu hal jika melibatkan gerak tubuhnya. Sehingga akan mampu
menelusuri materi pembelajaran jika melibatkan pengalaman fisiknya sehingga
belajar memerlukan perpindahan tempat. Strategi untuk mengajarkan siswa
berkecerdasan kinestetis bisa menggunakan drama, bermain peran, dialog berlatar
tempat tertentu, mencari dan menyusun teks yang tersebar diberbagai sudut ruang
kelas.
5. Kecerdasan Musik
Siswa yang cerdas musik adalah
individu unik yang akan akrab belajar dengan kemampuannya bersama musik. Karena
itu, diperlukan kreatifitas guru dalam memadukan materi dengan nada, irama,
ritme untuk setiap tahapan belajarnya. Misalnya dengan mempersilakan siswa
mengerjakan soal latihan sambil diperbolehkan mendengar musik akan banyak
membantu.
6. Kecerdasan Interpersonal
Interpersonal adalah keterampilan
untuk berkomunikasi antar individu. Mereka yang memiliki kecerdasan ini akan
mudah bergaul dengan orang lain. Karena itu, guru dapat melibatkan mereka
dengan kecerdasan ini untuk terlibat dalam diskusi kelompok, permainan, atau
bertukar peran ketika belajar.
7. Kecerdasan Intrapersonal
Kecerdasan ini merupakan cerdas
untuk memahami diri sendiri termasuk dalam mambangun persepsi akan suatu hal.
Untuk memahami siswa berkarakter kecerdasan bentuk ini perlu diberi perhatian
khusus karena mereka cenderung berkomunikasi dengan dirinya sendiri berdasarkan
nalar, daya pikir, dan perasaan yang dimilikinya. Agar mereka dapat terlibat
dalam suatu pembelajaran perlu dimintai pendapatnya supaya mampu melibatkan
pengalaman pribadi juga menanamkan gaya belajar dengan perasaan, nilai-nilai,
moral dan teladan.
8. Kecerdasan Naturalis
Kecerdasan dengan pendekatan alam
dan lingkungan. Guru yang menemukan siswa dengan kecerdasan ini dapat
mengintegrasikan pembelajaran dengan lingkungan sekitar dan menambahkan materi dengan
pengerahuan alam. Wujud konkritnya untuk mengajar bersama kecerdasan ini adalah
dengan membangun kesadaran akan pentingnya belajar dibantu dengan contoh
kemanfaatan alam, lingkungan hidup, perilaku sosial, termasuk juga fenomena
alam.
9. Kecerdasan Eksistensial
Kecerdasan dalam wujud spiritual, pengakuan akan eksistensi diri, nilai kehidupan, termasuk keagamaan. Penanganan individu dengan kecerdasan jamak bentuk ini memerlukan keterampilan khusus yang dikaitkan dengan fungsi sosial, nilai moral, dan keterampilan mengambil hikmah. Mengajak keterlibatan siswa untuk mengungkapkan ide, memikirkan nilai positif, memberi kesempatan agar keberadaan mereka diakui adalah beberapa bentuk upaya dalam belajar dengan kecerdasan ini.
Merefleksikan diri sebagai seorang dewasa yang memiliki tanggung jawab akan kelanjutan generasi selanjutnya yang lebih baik adalah dimulai melalui pendidikan. Seorang pendidik yang cerdas akan berusaha memahami karakteristik unik dari setiap peserta didik (siswa) yang mereka hadapi. Dengan lebih memahami perbedaan pada setiap individu akan melahirkan pengertian dan pemahaman bahwa setiap manusia adalah berharga. Sehingga mudah-mudahan pendidik yang mengajar akan lebih mengapresiasi keberadaan yang jamak dan unggul. Semoga dengan mengetahui multiple intelligences atau kecerdasan jamak akan membantu perubahan pandangan yang lebih baik bahwa setiap siswa adalah hebat, unggul, terbaik dalam kecerdasan yang beragam.
Keren, lanjutkan pak Mursyid, ditunggu artikel selanjutnya.
BalasHapus